hobirsoleh

This WordPress.com site is the cat’s pajamas

FILSAFAT ANALITIK

pada Mei 21, 2012

FILSAFAT ANALITIK

Disampaikan pada Sekolah Filsafat Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual (UKPI) IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 22 April 2012

 Materi :

  1. A.    Sejarah Filsafat Analitik

Akhir abad ke-18 idealisme berkembang pesat di Jerman dan empirisisme di Inggris. Pertengahan abad ke-19 idealisme masuk ke Inggris dan mengalahkan dominasi filsafat empirisisme, disebut Neo-Idealisme atau Neo-Hegelianisme. Neo-Hegelianisme merupakan merupakan reaksi atas materialisme dan positifisme yang tidak memberikan ruang metafisis bagi doktrin agama. Filsafat Neo-Hegelianisame tidak dapat bertahan lama dan digantikan oleh neo-realisme.

Tokoh-tokoh filsafat neo-realisme, seperti George Edward Moore, Betrand Russell,  Alfred Ayer dan sebagainya menaruh perhatian besar pada penyelidikan linguistik dan logika analisis dari istilah, konsep dan proposisi. Ini merupakan reaksi langsung terhadap neo-hegelianisme yang beranggapan bahwa “realitas itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, itulah Roh Absolut”. Gerakan  ini disebut dengan “filsafat analitik”.

 

  1. B.     Tokoh-Tokoh Awal Filsafat Analitik
    1. 1.      George Edward Moore

Pendiri filsafat analitik  Menganalisa konsep dan argumentasi yang dipakai dalam etika, seperti kekeliruan naturalistik yang menyamakan “baik” dengan ciri naturalistik seperti hedonisme yang menyamakan antara “baik” dan “menyenangkan”. Baginya bukanlah is it true? Melainkan what is the meaning?

 

  1. 2.      Betrand Russell (Atomisme Logis)

–          Atomisme logis merupakan filsafat analitik yang mengandaikan sesuatu pada atom dan molekul (proposisi atomis dan proposisi molekular).

–          Proposisi atomis adalah proposisi yang paling sederhana misalkan: ini putih. Proposisi atomis dapat membentuk proposisi molekular, misalkan dengan menggunakan kata “dan” atau “atau”, seperti: ini putih dan itu biru.

–          nFakta-fakta tidak dapat bersifat benar atau salah, yang dapat bersifat benar atau salah adalah proposisi yang mengungkapkan fakta.

Proposisi dapat bermakna jika ditunjukkan fakta atomis  atau molekular yang sepadan dengannya (teori isomorfi atau teori kesepadanan). Akan tetapi Russell harus tetap mengakui adanya “fakta umum” seperti proposisi: “semua orang akan mati”, tidak bergantung pada fakta “A sudah mati”, “B sudah mati”, “C sudah mati”, dan seterusnya. Russell juga harus mengakui adanya “proposisi negatif” seperti:  tidak ada kuda berkaki sepuluh.

3. Alfred Ayer (Positifisme Logis)

Disebut positifisme logis karena menggunakan konsep positifisme yaitu “verifikasi” untuk menentukan makna, bukan menentukan kebenarannya, seperti: “Pelembang adalah Ibu kota Indonesia”, adalah kalimat yang tidak benar tapi bermakna (ketidakbenarannya adalah maknanya). Ucapan-ucapan metematika dan logika seperti: separuh 14 sama dengan 3 ditambah 4, tidak dapat diverifikasi atas dasar pengalaman inderawi, maka ucapan tersebut tergantung pada simbol yang digunakan. Hal ini disebut “taulologi”.

Verifikasi tidak hanya secara langsung tapi juga bisa secara tidak langsung misalnya dengan kesaksian. Verifikasi  bukan hanya secara faktual tapi juga secara prinsipal seperti: “ada kehidupan di planet Saturnus”, tetap bermakna kita tahu apa yang harus dilakukan untuk menverifikasinya.

 

  1. 3.      Ludwig Wittgenstein
    1. a.      Wittgenstein I : meaning is picture. Bahasa akan berarti jika dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan faktual.
    2. b.      Wittgenstein II : meaning is use (1929). Arti suatu pernyataan bergantung pada pemakaian jenis bahasa tertentu. Untuk menjelaskan hal itu ia mengintrodusir istilah language game atau tata permainan bahasa.

Tokoh-Tokoh Selanjutnya

1. Ferdinand De Saussure (Semiologi)

Signifie dan Signified

Signifie (penanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material dari bahasa), sedangkan signified (petanda) adalah gambaran mental, pikiran atau konsep (aspek mental dari bahasa).

Langage, Parole dan Langue

Langage adalah fenomena bahasa secara umum. Parole adalah pemakaian bahasa yang individual (language use). Sedangkan langue adalah pemakaian bahasa oleh golongan bahasa tertentu.

Sinkroni dan Diakroni

Sinkroni adalah bertepatan dengan waktu (itu) dan lepas dari historis (ahistoris), sedangkan diakroni adalah menelusuri makna, peninjauan historis. Menurut De Saussure, linguistik harus melalui sinkroni sebelum diakroni.

2. Rolan Barthes (Semiotika)

Proses pemaknaan tidak ada pada teks, tapi ada pada diri masing-masing pembaca (the death of author). Mitos  adalah cara untuk mengutarakan pesan, ia merupakan hasil dari pembicaraan bukan bahasa.

Macam-macam tanda:

  1. Signifier (penanda)
  2. Signified (petanda)
  3. Sign (tanda)

Sign (tanda) adalah hubungan antara konsep dan citra.  

 3. Jacques Derrida (Dekontruksi)

Tidak seperti filosof strukturalisme sebelumnya yang mengatakan bahwa “penanda mendahului petanda”, Derrida menganggap tanda sebagai trace (bekas) yang mendahuli petanda. Baginya, pada akhirnya bahasa dan kata-kata adalah kosong belaka, dalam arti tidak menunjuk pada sesuatu apapun selain pada maknanya sendiri dan makna itu sendiri tidak lain hanyalah perbedaan arti yang dimungkinkan oleh sistem lawan kata. Dengan dekontruksi, cerita besar modernitas dipertanyakan, dirongrong dan disingkap sifat paradoksnya. Modrnisme hendak ditampilkan tanpa kedok .

4. Jean Paul Baudrilard (Teori Simulasi)

Tanda merupakan kontruksi simulasi suatu realitas. Dalam dunia simulasi, bukan realitas yang menjadi cerminan kenyataan tetapi model-model seperti boneka barbie, tokoh-tokoh televisi dll. Tokoh-tokoh itu nampak lebih dekat ketimbang tetangga sendiri.

Perkembangan iptek seperti micro processor, memori bank, remote control, telecard, laser disc dan internet telah menciptakan relitas baru dengan citra-citra buatan. Citra-citra itu lebih meyakinkan ketimbang fakta, lebih dipercaya ketimbang kenyataan sehari-hari.

Akhirnya, nilai-guna dan nilai-tukar telah tergantikan oleh nilai nilai-tanda (makna) dan nilai simbol. Jadi citra, simbol dan sistem tanda lebih diperhatikan ketimbang manfaat dan harga.

 



Tinggalkan komentar